Suatu hari seorang sufi bersama putranya hendak menuju suatu kebun kurma miliknya. Ditengah perjalanan ia melihat sebuah sungai kecil. Ia tidak punya kendaraan untuk melintasi pun tak ada jembatan untuk dilewati.
Sang sufi mulai berfikir, saat sedang merenung tiba-tiba ada segerombolan orang melemparinya dengan batu. Mereka berfikir bahwa sang sufi adalah pencuri yang mereka cari. Cacian, makian, lemparan dia terima.
Sang sufi hanya tersenyum tanpa sedikitpun melakukan perlawanan. Ia hanya menghindar dari tiap bongkahan batu yang mengenainya.
.
Sang anakpun terheran-heran dan bertanya;
"Mengapa ayah diam saja? Mengapa tidak dilawan? Batu-batu besar itu bisa melukai ayah"
.
Sang Ayah pun menjawab;
"Nak, segala sesuatu itu tergantung pada bagaimana kita menghadapinya.
Menganggapnya sebagai kesialan atau justru keberkahan?. Menjadikannya sebagai kesakitan atau justru sebuah kebangkitan?
Lihatlah batu-batu yang bertumpukan itu.
Jangan hanya kau lihat bagaimana rasa sakitmu saat batu itu datang mengenai tubuhmu. Namun lihatlah manfaat setelahnya.
Dengan tumpukan batu-batu itu kita bisa membuat jembatan. Dengan tumpukan batu-batu itu kita bisa menemukan jalan.
Sakit? Memang. Namun itu hanya sesaat.
Setelah itu kau akan menemukan besarnya manfaat. Bahkan sesuatu yang tidak pernah kau fikirkan sebelumnya. Adakala sesuatu yang indah, berawal dari beratnya sakit yang membuncah. Percayalah, Allah swt tidak akan pernah mendzolimi hambaNYA.
Yang ada hanya hambanya yang tak pernah peka akan caraNYA menunjukkan Cinta Nya "
Semogah Kamu, tetap kuat ya dijalanNYA. Seperti hal nya
" CINTAILAH RASULULLAH MELEBIHI MANUSIA MANAPUN"
Allah berfirman, “Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At Taubah: 24).
...
‘Abdullah bin Hisyam berkata, “Kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau memegang tangan Umar bin Khaththab radiyallahu ’anhu. Lalu Umar radhiyallahu ’anhu berkata, ”Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali terhadap diriku sendiri.” Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berkata, ”Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya (imanmu belum sempurna). Tetapi aku harus lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Kemudian ’Umar berkata, ”Sekarang, demi Allah. Engkau (Rasulullah) lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berkata, ”Saat ini pula wahai Umar, (imanmu telah sempurna).” (HR. Bukhari)
...
Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Salah seorang di antara kalian tidak akan beriman sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya bahkan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
.
Katakanlah, wahai Nabi, "Kalau kalian menyembunyikan apa yang ada dalam hati atau kalian tampakkan dalam bentuk perbuatan dan perkataan, niscaya tetap diketahui Allah. Dia mengetahui semua yang ada di langit dan di bumi, baik yang tampak maupun yang tak tampak."
"Tafsir Quraish Shihab" .
Entah sampai kapan kesendirian ini berganti menjadi kebersamaan yang tak akan pernah terpisahkan Berbagai cara sudah aku kerjakan
Ikhtiar serta berdo'a pun tak henti-hentinya aku lakukan Namun, jika sang maha rahman tak memberi keridhoan Semua usahaku pasti tidak akan pernah berjalan sesuai dengan harapan
Untukmu seorang bidadari yang masih tersimpan rapi dipangkuan sang illahi Rabbi
Tak bisa aku bayangkan akan rupamu
Dan tak bisa aku lukiskan akan kecantikanmu
Yang jelas pesonamu terpancar akan akhlaq mulia yang ada didalam hatimu
Kenapa aku dapat menyimpulkan seperti itu
Sebab aku yakin bahwa kau tengah mempersiapkan segalanya sedari dini
Kau gunakan masa kesendirianmu untuk mengabdi kepada sang illahi Kau gunakan masa sendirimu untuk berbakti kepada kedua orang tua yang kau cintai
Karena sejatinya jodoh adalah cerminan diri
Semakin sholeh seorang laki-laki Maka akan semakin shalihah seorang wanita yang kelak ia akan nikahi Dan terkadang jarak ini memberikan ku sebuah arti yang nyata
Bahwa cinta itu tak harus memilikinya pada hari itu juga
Dan sampai hari ini Kau pun masih menjadi misteri Meski ragamu tak pernah aku miliki
Meski rupamu tak pernah aku jumpai
Namun, namamu selalu abadi diantara pintaku kepada sang illahi Rabbi Kepada hati yang akan aku singgahi Kelak jika nantinya sang illahi mempertemukan kita disebuah ikatan janji suci Dapatkah kau menerimaku dengan sepenuh hati
Sebab aku hanyalah seorang laki-laki
Bukan malaikat ataupun idola yang kau kagum-kagumi Bukan juga orang ternama yang terkenal dikalangan orang banyak diluar sana
Meski begitu keadaannya
Aku berjanji Bahwa kebahagiaanmu adalah bukti janjiku pada sang illahi Tak mengapa tidak dikenal penduduk bumi Yang terpenting penduduk langit selalu turut meridhoi dan menyertai
Kepada hati yang akan aku singgahi
Jika suatu hari nanti kau dapati kekurangan yang ada pada diriku ini Maka lengkapilah dengan segala kelebihan yang kau miliki Tetaplah menjadi pengingat disaat diri ini hendak bermaksiat. Tetaplah menjadi penyemangat dikala rasa putus asa itu datang mendekat Dan untuk saat ini
Pintaku hanya satu Semoga penantianku menemui titik temu.
Post A Comment:
0 comments: